Kehidupan Keluarga Yatim Ibu Juminem dan putranya, Angger Dhika Pratama, dipenuhi dengan cobaan dan keterbatasan ekonomi. Tinggal dalam rumah kontrakan di tengah kota Solo, mereka berjuang melawan krisis keuangan yang mengancam keberlangsungan hidup mereka. Meski beruntung tidak dipungut biaya tinggal, namun keterbatasan sumber penghasilan membuat mereka terjebak dalam hutang dan kesulitan finansial yang membelenggu.
Sebagai seorang disabilitas, Ibu Juminem terkendala untuk mencari pekerjaan yang bisa diandalkan. Keterbatasan ini semakin memperberat beban keluarga karena tak ada yang mau menerima dia bekerja. Dalam usahanya mencari penghasilan, Ibu Juminem membantu tetangganya yang memiliki usaha bantal guling dengan memasukkan kapas untuk isian bantal-guling. Meskipun pekerjaan itu memberinya penghasilan yang sangat minim, ia tetap bertahan demi mengumpulkan uang untuk membayar hutang dan biaya listrik yang menumpuk selama lima bulan.
“Saya memiliki hutang dengan juragan bantal guling itu sebesar satu juta, dan setiap kali membantu kerja isi kapas hanya mendapatkan 40 ribu rupiah. Meskipun dapat tinggal di rumah kontrakan tanpa bayaran, namun biaya listrik harus saya tanggung sendiri. Ini sudah menjadi beban yang berat bagi saya selama beberapa bulan terakhir,” ungkap Ibu Juminem.
Melihat ibunya berjuang dengan segala keterbatasan, Angger Dhika Pratama merasa terpanggil untuk turut serta membantu keluarga. Remaja yatim berusia 17 tahun ini merasakan penderitaan keluarganya yang tak mampu menjangkau kebutuhan sehari-hari dengan cukup. Terkadang, Dhika harus melewati hari-hari tanpa cukup makan, dan jika bisa makan sekali sehari pun, itu sudah menjadi keberkahan bagi dirinya.
“Ejekan tentang kurang gizi pernah saya terima dari teman-teman. Saya ingin berbuat lebih untuk ibu saya, paling tidak bisa memberikan nafkah dan membahagiakan dia. Saya ingin memiliki usaha street food dan berjualan sesuai dengan passion saya. Untuk itu, saya membutuhkan modal sekitar 10 juta. Semoga para donatur bersedia membantu mewujudkan impian saya, agar saya bisa memberi kontribusi nyata bagi keluarga saya,” tutur Dhika dengan tulus.
Kisah perjuangan Angger Dhika Pratama merupakan cerminan dari keberanian dan keteguhan hati dalam menghadapi keterbatasan dan kesulitan hidup. Dari kedalaman hatinya yang penuh semangat, Dhika berharap bisa melampaui hambatan dan mencapai impian untuk membantu ibunya dan meraih kemandirian melalui usaha kecil yang ia cintai.
Dalam kisahnya yang sarat akan nilai kegigihan dan kesungguhan, Angger Dhika Pratama menunjukkan bahwa tak ada yang mustahil jika kita memiliki tekad yang kuat dan keyakinan yang teguh. Dukungan dari para donatur dan masyarakat sekitar diharapkan dapat menjadi modal untuk mewujudkan impian Dhika dalam membuka usaha street food dan memberikan harapan baru bagi keluarga Yatim Ibu Juminem. Sesungguhnya, setiap cerita hidup memiliki kilas balik kepedihan, namun juga penuh makna ketika kekuatan tekad dan semangat untuk berjuang bersama terpancar dari hati yang tulus.